Sudah lama gak ngepost,
dikarenakan fasilitas internet dirumah gak dipasang-pasang lagi. Hhh... jadilah
gue ambil kuota dari hape gue, yang sebenarnya gue paling gak mau untuk urusan
satu ini.
Tapi malam ini, gue
sedang ingin mengepost.
Dan akhirnya,
terketuklah pintu hati gue pada blog gue.
Hai blog J
Akhir-akhir ini, emang
gue lagi galau abis, kaya para remaja kebanyakan. Macem-macem alesannya. Dari mulai
urusan sekolah, keluarga, cinta, makanan, posisi tidur, olahraga pagi, mandi,
kaus kaki, dan baju tidur.
Dan malem ini pun gue
sebenernya lagi galau,
Harusnya gue ngetik sambil
duduk, tengkurep, atau sambil nungging?
Jawaban akhirnya adalah
telentang, menikmati angin niat gak niat dari AC jadul gue.
Malam ini, sesuai dengan
isi hati gue, biarkan blog gue menjadi sendu sedikit.
Gue mau cerita tentang
seseorang.
Seorang wanita hebat
dalam hidup gue.
Wanita yang selalu jadi
panutan gue.
Wanita ini punya nama,
nama yang gue yakinkan semua temen gue kenal dengan namanya.
Nama yang hampir mirip
dengan nama gue sendiri.
Yang dulu nya gue agak
sebel karena kami punya nama mirip, tapi sekarang... gue bener-bener bangga...
Karena hanya dengan
denger nama gue, gue pun akan teringat lagi akan sosok nya.
Dwi Prasetianty
Agustriani
Nama yang cantik bukan?
Mungkin untuk mengatakan
wanita, terlalu tua untuk dirinya, tapi kalau dipikir pikir... dia memang udah
seharusnya menjadi seorang wanita.
Terakhir kali, gue
melihat dia sebagai sesosok gadis.
Gadis tegar.
Gadis hebat.
Dia hidup 9 tahun lebih
dulu dari gue. 9 tahun lebih lama dari gue. Tapi tahun ini, gue akan melewati
batas hidup nya.
Dia seorang gadis keras,
batu, dan tegas.
Seorang gadis yang kuat,
pantang menyerah, dan memiliki harga diri yang tinggi.
Seorang gadis ramah,
yang dicintai sama temen-temennya.
Seorang gadis periang,
yang selalu bisa meriuhkan suasana dirumah, diantara keluarganya, dan mereka
menyukai itu.
Seorang gadis setia,
yang akan membuat para pria beruntung bisa memiliki dirinya.
Gue udah lupa pertama
kali gue kenal dia, yang gue tau adalah, dia kakak gue.
Kami gak akur. Gak seperti
orang-orang kira.
Kami selalu bertengkar. Gue
cengeng, dan dia keras.
Gue manja, dan dia
egois.
Gue lembek, sementara
dia batu.
Kami sama sekali gak
cocok. Gak ada kesamaan sama sekali.
Yang gue inget hanya
pertengkaran kami.
Saat dia mengatakan dia
iri dengan gue, dia tidak menginginkan kehadiran gue.
Begitu juga dengan gue,
gue sama sekali gak ingin dia ada.
Tapi gue sadar, gue lah
yang salah.
Mungkin memang, gue udah
merenggut semua yang ia punya.
Dan dia pantas marah
kepada gue.
Terutama karena
keinginan gue yang terakhir.
Tapi dengan baik hatinya,
ia justru mengajari gue banyak hal.
Mungkin ia tidak
menyadarinya, tapi gue banyak mengambil pelajaran darinya.
Bagaimana untuk menjadi
seorang wanita yang tegar dan kuat.
Bagaimana untuk menjadi
seorang yang direspek.
Bagaimana untuk
menghargai hidup...
Gue cuma kenal dia
selama 10 tahun, itu juga udah kepotong karena gue gak punya ingatan saat gue
umur 1-3 tahunan. Gue kenal dia, kira-kira cuma 7 tahun.
Waktu yang singkat untuk
bisa mengenal dia lebih dalam. Waktu yang singkat, untuk melakukan banyak hal
bersama.
Sekarang udah 8 tahun
berlalu, ... gue sadar, gue merindukan sosoknya.
8 tahun setelah
kepergiannya.
Dan sampai saat ini, gue
masih bungkam...
Gue belum minta maaf
padanya...
Sebenarnya gue takut. Gue
malu. Benar-benar malu. Gue takut dia benci gue. Tapi yah... emang udah
seharusnya dia benci gue.
Gue gak pernah bersikap
baik padanya.
Dan gue bener-bener
nyesel.
Dan dari 7 tahun yang
gue ingat bersama nya, sekali pun gue gak pernah mengatakan kalau... gue sayang
dia.
Itu hal yang paling gue
sesali seumur hidup.
Pengen banget gue
teriak, berharap suara gue mampu sampai ke tempatnya...
Gue pengen banget dia
tau, kalau gue sayang dia...
Gue bener-bener sayang
dia...
Dan seandainya Tuhan
memberikan gue kesempatan untuk bertemu dengannya, ...
Pengen banget gue peluk
dirinya...
Gue akan peluk dia erat,
dan gak mau ngelepasin lagi.
Gue pengen dia tau kalau
gue butuh dia...
Gue sayang dia...
Gue berharap dia
kembali...
Tapi itu jelas gak
mungkin.
Siapa pun tau itu cuma
impian belaka.
Malam ini, gue mengaku,
pada diri gue sendiri, juga kepada semuanya...
Gue-sayang-dia. Dan gue
terlalu bodoh pernah berharap dia gak ada.
Sekarang yang bisa gue
ingat cuma sedikit. Cuma beberapa bagian kecil, di akhir hidup nya. Sampai akhir,
ia berusaha menjadi seorang kakak yang baik untuk gue. Dan kalau saja gue punya
kesempatan waktu itu, gue pengen berterimakasih padanya...
Makasih sudah mau jadi
kakak anggi...
Makasih sudah sabar
punya adik seperti anggi...
Tapi ternyata gue gak
punya kesempatan itu.
Selama setahun
belakangan, pas dia terkena penyakit sialan itu, gue selalu bohong ke dia.
“Anggi gak tau apa-apa.”
“Ba gak sakit parah, kok.”
Bohong banget.
Dan gue rasa, dia pantas
marah karena itu.
Gue udah tau dari awal,
ba...
Dari awal dia masuk
rumah sakit, gue udah merasa firasat gak enak, yang gue sendiri gak mau
mengakui nya.
Karena emang gue gak
mau.
Karena emang seharusnya,
itu gak perlu gue rasa...
Tapi semakin hari, dia
semakin melemah, dan apa yang bisa gue lakuin buat dia?
Sampai terakhir, gue gak
bisa nyenengin dia...
Janji jalan-jalan ke
Dufan? Dan kenyataannya gak sempet...
Apalagi memenuhi
keinginan dia pergi ke Bali...
Sampai terakhir, dia
berusaha jadi kakak yang baik, sementara gue gak pernah buat dia seneng...
Apa yang gue tau tentang
dirinya? Gak ada.
Gue gak tau apa makanan
kesukaannya.
Gue gak tau apa minuman
kesukaannya.
Gak tau warna
favoritenya.
Gak tau musik
favoritenya, apalagi idola favoritenya.
Gue gak tau apa apa
tentang dia...
Sebagai seorang adik,
gue bener-bener kelewatan. Udah seharusnya gue dihukum.
Dan malam ini, gue
benar-benar merindukannya. Tiba-tiba sosoknya melintas di benak gue...
Seakan mengingatkan gue
pada dosa terbesar gue.
Bahkan disaat
terakhirnya,....
Gue gak mengucapkan
selamat jalan padanya, mungkin karena gue masih gak mau mengakui kepergiannya
juga...
Ba... anggi sayang sama
ba tanti. Sayang banget.
Anggi minta maaf, harusnya
dari dulu anggi bilang ke ba tanti, bukan lewat ketikan begini.
Anggi minta maaf.
Maaf...
Maaf sampai saat ini pun
anggi masih belum bisa jadi seorang gadis yang ba mau.
Anggi belom bisa buat
mamah dan papah senyum. Anggi belom bisa buat mas ai bangga.
Anggi masih payah. Maaf...
Maaf untuk semuanya...
Anggi punya banyak
kesalahan...
Ba tanti adalah kakak terbaik,
sekalipun kita cuma sebentar kenal ya, ba J
Anggi tau, Allah selalu
menjaga ba Tanti di sana. Allah bener-bener sayang sama ba Tanti...
Selamat jalan, ba...
We’ll meet again. I believe
that. I love you. Keep smile in there, and watch me. I promise to make you
proud.
PS for everyone, love
your family, friends, anybody.
Tell them what you feel
while you still can say to them in person.
Make they know, if you’re
reallllyyyy love them.
And please be kind with
your family, or anybody...
Don’t waste them while
you still have them...
Have fun with everybody,
and tell your love.
Ahaha :’)
Enough, i’m
cryiiiiiinnggg hahaha -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar